EKSTRAKSI CAIRAN
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Mencari
overall stage efficiency dari suatu
rangkaian ekstraksi cairan dan menentukan komposisi larutan keluar tiap-tiap
stage serta prosen recovery dari
suatu operasi ekstraksi cairan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang menggunakan sifat fisis, yaitu perbedaan
kelarutan komponen-komponen dalam larutan, dengan menggunakan larutan lain
sebagai media pemisah. Ekstraksi zat cair digunakan untuk memisahkan dua zat
yang saling bercampur dengan menggunakan suatu pelarut yang melarutkan salah
satu zat dalam campuran.
Pemanfaatan utama dari ekstraksi ialah dalam memisahkan
hasil-hasil minyak bumi yang mempunyai stuktur kimia yang beda tapi titik
didihnya hampir sama. Fraksi
minyak pelumas (titik didihnya >3000C) diolah dengan pelarut
polar bertitik rendah seperti fenol, furfural, atau metil pirolidona untuk
mengekstraksi senyawa-senyawa aromatik. Senyawa ini mempunyai karakteristik
viskositas-suhu yang kurang baik. Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan
lebih dari dua komponen.
(Mc Cabe,1999)
Proses
ekstraksi melibatkan tahap-tahap berikut :
1.
Mencampur
bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak. Dalam tahap
ini terjadi perpindahan massa
dengan cara difusi.
2.
Memisahkan
larutan ekstrak dari rafinat dengan cara penjernihan dan filtrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut :
1.
Selektifitas
Pelarut
hanya melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen lain dari bahan
ekstraksi. Larutan ekstrak yang tercemar harus di bersihkan. Misalnya di
ekstraksi lagi dengan menggunakan
pelarut berikutnya.
2.
Kelarutan
Pelarut
memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada
ekstraksi cair pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terdapat
perbedaan kerapatan antara pelarut dan bahan ekstraksi agar kedua fase dapat
dipisahkan kembali setelah pencampuran.
5.
Reaktivitas
Dalam hal
ini bahan yang akan dipisahkan harus berada dalam bentuk larutan.
6.
Titik didih
Karena
ekstrak dan pelarut harus dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi, atau
reaksifikasi, maka titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat.
7.
Kriteria yang lain
Pelarut
sedapat mungkin seharus :
§ Murah
§ Tidak beracun
§ Tidak dapat terbakar
§ Tersedia dalam jumlah besar
§ Tidak korosif
§ Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
§ Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
§ Memiliki viskositas rendah
§ Stabil secara kimia dan termis
(Bernasconi,1995)
Beberapa pelarut yang
terpenting adalah air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon jenuh,
toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidokarbon yang mengandung klor,
isopropanol, etanol. Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilaksanakan dalam
jumlah tahap yang banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit.
Kerugiannya adalah konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah, dan
jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi besar, sehingga untuk mendapatkan
pelarut kembali biayanya menjadi lebih mahal.
Peralatan
Ekstraksi
Dalam
ekstraksi cairan , kita harus membuat kontak yang baik antara dua fase untuk
memungkinkan terjadinya perpindahan massa antara kedua fase tersebut. Peralatan
ekstraksi dapat dengan sistem kontinyu. Umpan cair dapat dicampurkan dengan
pelarut dalam bejana aduk, terdapat dua lapisan yang kemudian diendapkan dan
dipisahkan. Ekstrak adalah lapisan berisi zat terlarut hasil ekstraksi, dan
rafinat adalah lapisan yang sedikit mengandung zat terlarut.
Prinsip Ekstraksi
Ekstraksi cair-cair
menggunakan prinsip kesetimbangan dengan perpindahan massa zat terlarut (fasa dispersi) dari
larutan yang diekstraksi ke larutan yang
digunakan sebagai pelarut (fasa kontinyu).
(McCabe, 1999).
Perhitungan
Ekstraksi
1.
Menentukan
fraksi berat solute dalam umpan (XAO)
Dimana, A= densitas asam asetat
VA = volum asam asetat
F = densitas larutan umpan
VF = volum larutan umpan
2.
Menentukan
konsentrasi solute dalam ekstrak
Dimana, NA = normalitas asam asetat
V =
volum ekstrak yang dititrasi
V
NaOH =
volum NaOH hasil titrasi
N NaOH = normalitas larutan standar NaOH
3.
Menentukan
jumlah solute yang terekstraksi
4. Menentukan stage teoritis secara grafis
Fraksi massa
tiap stage
Neraca
massa total
S0
+ Ln-1 = Bn + Ln = En
Neraca
massa komponen
S0,Y0
+ Ln-1 . Xn-1 = Bn . Yn + Ln
. Xn . En . Zn
Zn
= dengan Y0
= 0
Zn
=
Pada
stage I
Z1
=
Dengan dimana:
Vf = V umpan
Vaq =
Vaquades
= CH3COOH
X0 = VA
= V CH3COOH
Setelah diketahui harga z kemudian digrafikan didapatkan
harga X1 dan Y1
Z1 =
Sehingga
harga x dan y dapat diketahui
Alat dan Bahan
A.
Alat
1.
Buret
2.
Botol
timbang.
3.
Corong
pemisah
4.
Erlenmayer.
5.
Gelas
arloji.
6.
Gelas
beker.
7.
Piknometer
B.
Bahan
1.
Asam
Asetat
2.
Asam
Oksalat 0.5 N.
3.
Aquadest.
4.
Diisopropil
eter.
5.
Indikator
PP
6.
NaOH
1 N
CARA KERJA
Langkah
pertama yang dilakukan adalah melakukan standarisasi NaOH dengan Asam oksalat.
Indikator yang digunakan dalam melakukan titrasi adalah Indikator PP. Titrasi
dilakukan 3 kali..
Langkah
kedua adalah membuat larutan umpan antara CH3COOH (asam asetat)
murni dengan disopropil eter dicampurkan dengan perbandingan volume 1:3 (25 :
75 ml). Larutan umpan dikocok selama 1 menit kemudian larutan umpan diambil
10ml dimasukkan dalam piknometer untuk diukur rapat massanya. Pada stage 1
larutan umpan ditambahkan dengan aquades sebanyak 40ml dimasukkan ke dalam
corong pemisah. Kemudian campuran dikocok selama 5 menit dan didiamkan selama
15 menit sampai terbentuk dua lapisan yaitu lapisan ekstrak dan lapisan
rafinat. Lapisan ekstrak diambil dan diukur volumenya, kemudian dititrasi
dengan NaOH. Lapisan rafinat pada stage 1 merupakan umpan untuk stage
berikutnya. Pada stage II larutan umpan ditambah aquades 40ml, dan dikocok
selama 5 menit kemudian didiamkan selama 15 menit sampai terbentuk dua lapisan
seperti pada lapisan pertama ,
selanjutnya cara yang dilakukan juga sama sampai pada stage III. Setelah
selesai rafinat diambil dan diukur volumenya kemudian ditentukan rapat
massanya.