DIFUSI PADA CAIRAN
I.
Tujuan
Percobaan
Menentukan
koefisien difusi asam asetat dalam air dengan prinsip hitung integral.
II. Tinjauan
Pustaka
Definisi difusi
adalah gerakan suatu komponen melalui suatu campuran, yang berlangsung karena
suatu rangsangan fisika. Sering juga difusi didefinisikan sebagai perpindahan massa yang terjadi dalam
satu fase. Umumnya difusi disebabkan oleh adanya gradien konsentrasi pada
komponen yang terdifusi, sehingga menyebabkan terjadinya gerakan yang
dimanfaatkan dalam operasi perpindahan massa.
Selain karena
gradien konsentrasi, difusi juga disebabkan karena gradien tekanan, gradien
suhu, atau karena medan gaya yang ditetapkan dari luar. Misalnya,
difusi molekuler yang terjadi karena gradien tekanan disebut difusi tekanan,
atau difusi termal yang disebabkan karena gradien suhu.
Teori Difusi
Sifat bahan
daripada difusi dan aliran yang diakibatkannya menyebabkan terjadinya tiga
macam situasi :
1. Hanya
satu komponen A yang berpindah dari atau ke antarmuka, dan aliran total sama
dengan aliran A, contohnya adalah pada absorpsi.
2. Difusi
komponen A di dalam campuran itu diimbangi oleh aliran komponen B, yang jumlah
molnya sama tetapi arahnya berlawanan, contohnya pada distilasi.
3. Difusi
A dan B berlangsung berlawanan arah, tetapi fluks molarnya tidak sama.
Besaran–besaran difusi
Ada
lima konsep
yang digunakan dalam Teori Difusi :
1. Kecepatan
u, yang
didefinisikan dalam panjang / waktu.
2. Fluks
melintas bidang N, mol / luas waktu.
3. Fluks
relatif terhadap kecepatan nol J, mol / luas waktu.
4. Konsentrasi
c
dan densitas molar , mol / volume.
5. Gradien
konsentrasi dc/db, dimana b adalah panjang lintas tegak lurus
terhadap luas yang dilintasi oleh difusi.
Difusivitas Cairan
§ Dimensi
dan satuan difusivitas cairan sama dengan difusivitas gas.
§ Harga
difusivitas cairan akan berubah dengan berubahnya konsentrasi solute dalam
solvent.
§ Nilainya
lebih kecil dari difusivitas gas, yaitu: 1 sampai
Difusivitas
didefinisikan bukan terhadap suatu bidang stasioner, tetapi relatif terhadap
bidang yang bergerak pada kecepatan rata-rata volume uo. Fluks
molar komponen A, ditandai dengan JA
dan sama dengan fluks A bidang stasioner. Dimana Fluks molar ( JA ), adalah banyaknya molar
A yang dipindahkan tiap waktu tiap satuan luas.
Fluks difusi JA diandaikan berbanding
langsung dengan gradien konsentrasi dcA/db,
dan difusi komponen A, dalam campurannya dengan komponen B ditandai dengan DAB. Jadi,
(1)
Persamaan diatas
merupakan pernyataan Hukum Fick tentang difusi untuk cairan biner. Hukum ini
berdasarkan tiga keputusan :
1. Fluks
dalam mol/luas waktu.
2. Kecepatan
difusi adalah relatif terhadap rata-rata kecepatan volume.
3. Potensial
pendorong adalah konsentrasi molar (mol komponen A per satuan volume)
Dimana dimensi
DAB adalah panjang kuadrat
dibagi waktu, biasanya dinyatakan dalam meter kuadrat per detik atau sentimeter
kuadrat per detik. Sehingga bisa dikatakan bahwa DAB adalah koefisien difusi.
Harga koefisien difusi tergantung pada:
1. Komposisi
zat-zat penyusun system.
2. Temperatur.
3. Tekanan.
Untuk
menentukan kofisien difusi, secara sederhana dapat dimisalkan seperti suatu zat
A dilarutkan dalam pelarut B ( cairan biner yang encer ), yang dinyatakan dalam
persamaan Wilke- Change
Dimana:
MB : berat molekul solven B, gram/gram mol
T : suhu, K
µB
: viskositas solven B, kg/ms
VA : volume molal solute murni pada titik didih
normal, cm³/mol
jB : parameter asosiasi solven B (air = 2.26,
methanol = 1.9, etanol =1.5)
Volume Molar Solut VA Ditentukan Berdasarkan
Tabel 1. Difusivitas Cairan
Solut A
|
Solven B
|
Temperatur
( º C )
|
Konsentrasi solut (9 mol/t)
|
Difusivitas cm² x 10/ dtk
|
Khlor
Hidrogen klorid
Amonia
CO2
Natrium klorid
Natrium klorid
Metanol
Asam cuka
Etanol
N.Butanol
Karbondioksida
Khloroform
|
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Etanol
Etanol
|
16
0
10
16
5
15
10
20
18
18
15
12.5
10
15
17
20
|
0.12
9
2
9
2.5
0.5
3.5
1.0
0
0
0.05
0.2
1.0
3.0
0
1.0
0.01
3.75
0.05
0
0
2.0
|
1.26
2.7
1.8
3.3
2.5
2.44
1.24
1.77
1.46
1.77
1.26
1.21
1.24
1.36
1.28
0.82
0.91
0.50
0.83
0.77
3.2
1.25
|
Tabel 2. Parameter Asosiasi Beberapa Solven
Solven
|
Parameter Asosiasi
|
Air
Metanol
Etanol
Benzena, eter,
heptan, dan selain yang tidak terasosiasi
|
2.6
1.9
1.5
1.0
|
Selain itu
penentuan koefisien difusi dapat dicari secara analitik berdasarkan pada neraca
massa pada
elemen volume. Dengan anggapan bahwa perpindahan massa
hanya berlangsung pada arah yang sejajar dengan sumbu pipa (z), maka neraca massa pada elemen volume
adalah :
Neraca massa :
Laju massa masuk- laju massa
keluar = akumulasi
Dimana A adalah luas permukaan dan
D adalah difusivitas.
Jika persamaan (3) dibagi dengan A
. Δz dan limit Δz mendekati nol, maka :
Jika :
kondisi awal (le) = CA
(Z, 0) = CA0
kondisi batas
(BC) = CA (1, t) = 0
CA
(0, t) = limite
CA
(Z, S) = 0
(0, t) = 0
Dengan kondisi awal dan kondisi
batas tersebut, maka persamaan (4) dapat disusun menjadi persamaan :
(MC.Cabe,dkk,1985)
III. ALAT DAN BAHAN
A.
Alat
1. Alat
suntik
2. Buret
3. Botol
timbang
4. Ember
5. Erlenmayer
6. Gelas
arloji
7. Gelas
ukur
8. Karet
hisap
9. Klem
10. Labu ukur
11. Media
penjejal
12. Pipa
kapiler
13. Pipet tetes
14. Pipet ukur
15. Pipet
volume
16. Statif
B.
Bahan
1.
Aquades
2. Air
3. Asam
asetat glasial
4. Asam
oksalat 1N
5. Indikator
PP
6. NaOH
1N
Gambar Alat
IV. CARA KERJA
1. Membuat
larutan asam asetat dari campuran asam asetat glasial : air dengan perbandingan
80 : 20 (ml).
2. Membuat
larutan NaOH 1N dan membuat larutan asam oksalat 1N lalu standarisasi kedua
larutan tersebut.
3. Melakukan
standarisasi larutan asam asetat dengan larutan NaOH sebelum dilakukan difusi.
4. Mengukur
panjang pipa kapiler.
5. Memasukkan
asam asetat ke dalam pipa kapiler dengan cara disuntikkan.
6. Tempatkan
pipa kapiler dalam media berisi penjejal (usahakan tinggi air sama dengan
tinggi pipa kapiler). Lakukan proses difusi.
7. Mengeluarkan
asam asetat hasil difusi dengan alat suntik, lalu lakukan standarisasi dengan
larutan NaOH (lakukan tiap 10 menit)
8. Ulangi
langkah 5-7 sampai tabung ke 5.